Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sinkronisasi Simpatika dan Emis

Sinkronisasi antara Simpatika dan Emis?

Saya yakin tidak ada PTK yang menolak jika diberlakukan sinkronisasi antara Simpatika dan Emis. Karena dengan sinkronisasi antar keduanya, akan semakin mempermudah dan memperingan kerja Operator Madrasah, Kepala Madrasah, hingga PTK.

Sinkronisasi adalah penyerentakan atau penyejajaran. Dengan sinkronisasi, berbagai data yang sama antara layanan Simpatika dan Emis dapat diinput di salah satu layanan saja. Dan hasilnya, dapat dipergunakan oleh kedua layanan tersebut.

Semenjak semester gasal 2015/2016, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama resmi menggunakan dua layanan pendataan data online terkait dengan data pendidik dan siswa di setiap madrasah. Kedua layanan tersebut adalah Emis dan Simpatika.

Emis atau Education Management Information System, lebih dahulu hadir sebagai pusat pendataan pendidikan yang digunakan untuk menunjang proses perencanaan dan pengambilan kebijakan terkait program pendidikan islam.

Sementara Simpatika (Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Agama) adalah reinkarnasi dari Padamu Negeri yang kalah 'berperang' dengan Dapodik di Kementerian Pendidikan. Sejak 17 Agustus 2015 dikembangkan untuk mengakomodir beragam program kerja yang terkait dengan kepentingan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di lingkungan Kemenag.

Sinkronisasi Simpatika dan Emis


Sinkronisasi Simpatika Emis


Sebagai layanan pendataan online terkait madrasah, baik antara Simpatika maupun Emis, memiliki beberapa fitur yang nyaris sama. Sebagai contoh adalah data tentang siswa dan pendidik.

Terkait data siswa, Emis memiliki data siswa yang terbilang komplit yang tidak sekedar memuat nama siswa dan kelas namun juga hingga data NIK, orang tua, keadaan ekonomi, hingga bantuan yang telah diterima. Data siswa di Emis memiliki fungsi fital bagi madrasah karena menjadi dasar alokasi pemberian BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan berbagai bantuan terhadap siswa seperti pemberian BSM (Bantuan Siswa Miskin).

Simpatika pun memuat data siswa, meskipun tidak sekomplit data siswa di Emis. Data siswa di Simpatika lebih berfungsi sekedar sebagai dasar penghitungan rasio guru di madrasah.

Terkait data pendidik, Simpatika memiliki rekam data pendidik yang sangat lengkap dan teruji validitasnya. Karena segala bentuk perubahan data terkait pendidik tercatat dan melalui proses verifikasi dan validasi yang berjenjang. Data ini memiliki peran penting dalam penyusunan kebijakan terkait PTK seperti sertifikasi, inpassing, pemberian Tunjangan Profesi, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, hingga Penilaian Kinerja dan Uji Kompetensi Guru.

Baca juga : Fitur dan Agenda Kegiatan Simpatika Semester 2 Tahun 2015/2016

Emis pun memiliki data tentang pendidik meski tidak sedetail data dalam Simpatika.

Dengan jenis data yang nyaris sama, bukankah akan lebih memudahkan dan meringankan kerja Operator Madrasah saat kedua layanan tersebut disinkronkan?

Tentu!

Sebagai gambaran kasar, seumpama disinkronkan, Simpatika mengambil data siswa secara langsung dari data Emis. Sehingga operator madrasah cukup melakukan entri data siswa di Emis, tanpa perlu mengisi di Simpatika, namun baik di Emis maupun Simpatika memunculkan data siswa yang sama.

Sangat meringankan kerja operator, tentunya.

Sebaliknya, Emis tidak perlu melakukan entri data PTK, cukup mengambil data PTK yang dipunyai oleh Simpatika.

Mengerjakan Emis semakin mudah, mengerjakan Simpatika pun semakin ringan.

Bisakah Disinkronisasi?


Dari segi sistem sangat memungkinkan.

Melakukan sinkronisasi antara sistem Emis dan Simpatika bukan perkara sulit. Semudah membalik telapak tangan. Apalagi dengan berjibunnya programer-programer handal di Indonesia.

Kalau mudah kenapa tidak dilaksanakan?

Mudah dari segi sistem dan programer, belum tentu mudah dari sisi kebijakan dan birokrasi. Kendala utama proses sinkronisasi adalah kemauan dan kesedian masing-masing pemangku kebijakan.

Hal ini pula yang setahun silam membuat Padamu Negeri harus hengkang dari Kementerian Pendidikan. Bukan soal sistem mana yang mudah, yang murah, yang valid, dan yang bermanfaat, tapi soal kemauan pemangku kebijakan. Alih-alih untuk mencari yang terbaik atau bersinergi, keduanya malah menggelar 'perang terbuka' yang akhirnya membuat salah satunya harus terdepak.

Bolehkah operator madrasah memimpikan sinkronisasi antara Simpatika dan Emis?

Bermimpi boleh, namun jangan lupa untuk bangun untuk menyadari bahwa masing-masing pemangku kebijakan masih belum bersedia meringankan kerja operator.

Post a Comment

0 Comments